Teknologi otomatisasi makin berpengaruh di lingkungan kerja modern. Baik sektor swasta maupun publik, penggunaan algoritma pintar semakin meluas sepanjang 2024.
Menurut data PwC Indonesia, lebih dari 60% perusahaan di Indonesia mulai menerapkan teknologi pintar untuk efisiensi kerja.
“AI bukan untuk menggantikan manusia, terutama di bidang keuangan,” ujar Dian Astuti, Ekonom digital.
Penerapan teknologi pintar kini sudah jadi kebutuhan. Analisis data otomatis mempercepat proses bisnis. Bahkan di sektor pendidikan, AI membantu analisis data pasien.
Namun, meski ada manfaatnya, AI juga menimbulkan tantangan. Sebagian pekerja khawatir kehilangan pekerjaan akibat otomasi. Ekonom industri menilai tantangan ini bisa diatasi lewat pelatihan ulang.
Pemerintah pun meluncurkan pelatihan berbasis digital skill agar SDM Indonesia siap menghadapi revolusi industri. “Yang penting bukan melawan AI,” tegas Menteri Ketenagakerjaan.
Di sisi lain, pengembang software Indonesia berlomba menghadirkan solusi. Banyak aplikasi bermunculan untuk mendorong efisiensi publik. Kolaborasi antara pemerintah dan swasta diprediksi mempercepat transformasi.
Ke depan, kecerdasan buatan akan semakin terintegrasi dunia kerja di Indonesia.
Teknologi otomatisasi tidak lagi pilihan.
Selama manusia terus belajar, AI dan manusia akan berjalan beriringan.
Transformasi digital ini adalah peluang besar bagi masa depan pekerjaan.